
KUBU RAYA | Jalurkhusus.com – Para nelayan di Kubu Raya, Kalimantan Barat, menghadapi tekanan berat akibat membanjirnya ikan frizen pacific mackerel atau biasa disebut ikan salem yang di impor di pasaran. Kondisi ini membuat harga ikan lokal anjlok, mengancam kesejahteraan nelayan, dan menimbulkan keresahan di kalangan pelaku usaha perikanan.
Bendahara DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kubu Raya, Busra Abdullah, mengungkapkan bahwa kehadiran ikan impor berdampak negatif terhadap keberlanjutan usaha nelayan setempat. Menurutnya, tanpa kebijakan yang melindungi hasil tangkapan lokal, nelayan akan semakin kesulitan untuk bertahan.
“Nelayan kita masih membutuhkan dukungan dalam hal penampungan hasil tangkapan. Jika impor terus membanjiri pasar, harga ikan lokal pasti tertekan, dan daya beli masyarakat terhadap ikan lokal pun menurun,” ujarnya.
Selain menyoroti dampak ekonomi, Busra juga mempertanyakan aspek kesehatan ikan impor yang umumnya berbentuk produk beku dan mengandung bahan pengawet. Ia mendesak pemerintah untuk lebih memprioritaskan pemberdayaan nelayan lokal daripada bergantung pada pasokan dari luar negeri.
“Barang impor ikan ini apakah standar kesehatannya bisa dijamin, karena barang belum yang menggunakan barang pengawet dan sebagainya, ” tanyanya.
Dirinya berharap kepada pemerintah kalaupun memang impor itu menjadi salah satu strategi untuk menstabilkan ekonomi negara. Paling tidak ada aturan-aturan ketat yang harus dipenuhi.
“Mulai dari standar kesehatan, kemudian daya beli pasar, jangan sampai menggagu stabilitas pasar lokal. Nah kita minta pemerintah lebih fokus ke situ,” tutupnya.
Kekhawatiran serupa disampaikan oleh Bujang Ramalun, seorang pedagang ikan di Kubu Raya. Ia menyoroti kehadiran ikan impor, seperti ikan Salim, yang masuk dalam jumlah besar dan menjatuhkan harga ikan hasil tangkapan nelayan setempat.
“Kami sebagai pedagang memang tidak terlalu terdampak, tapi kasihan para nelayan. Harga ikan impor lebih murah, sementara nelayan kita harus menghadapi biaya operasional tinggi, termasuk harga BBM yang mahal,” ungkapnya.
Bujang berharap pemerintah daerah dan pusat segera mengambil langkah konkret untuk membatasi impor ikan agar nelayan kecil tidak semakin terpuruk.
Berdasarkan informasi ikan impor tak hanya dari luar negeri, ikan dari provinsi lain seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah juga masuk ke pasaran di Wilayah Kalimantan Barat, memperketat persaingan dengan produk lokal.
Para nelayan kini berharap pemerintah segera mengambil tindakan tegas demi melindungi keberlanjutan usaha mereka. Jika tidak ada kebijakan yang berpihak kepada nelayan, dikhawatirkan banyak di antara mereka yang akan kehilangan mata pencaharian dan beralih ke sektor lain demi bertahan hidup.
(Teja)